Artefak ITU WAJIB Ada!
Senin, 28 Oktober 2019
Edit
Artefak ITU WAJIB Ada!. Dunia berkembang sampai saat ini diakibatkan oleh artefak yang dihasilkan manusia untuk kemudahan hidupnya dan generasi berikutnya. Lihat saja, untuk memudahkan makan, manusia berinovasi menciptakan piring, sendok, garpu, mangkok, periuk, tungku, magicjar, irus, kuali, wajan, panci, dan seterusnya. Hasil inovasi itulah disebut artefak yang mewarisi kemudahan hidup manusia berikutnya. Lalu, hasil inovasi tersebut dikreasi menjadi aneka model piring, ragam bentuk panci, dan seterusnya. Artefak menjadi wajib ada untuk kehidupan yang lebih baik.
Artefak sebagai jejak mahakarya manusia tidak saja berupa benda tampak. Artefak juga berupa benda tak tampak, yakni norma, adat, adab, dan kebiasaan baik turun temurun. Artefak tak benda juga diciptakan untuk kehidupan manusia agar lebih baik.
Artefak dianggap penting bagi manusia karena memunyai unsur kemudahan, kecepatan, inspirasi, dan kecerdasan. Unsur tersebut terurai atas keperluan manusia untuk menjadi baik. Di setiap sudut kehidupan manusia, ada artefak yang terkadang khas bagi daerah tersebut. Jangan kaget, jika di sebuah daerah ditemui bentuk ukiran yang khas, batik unik, alat bersawah yang beda, lagu yang khas, dan sebagainya. Begitu pula, artefak tak benda memunyai ciri unik dibandingkan dengan yang lainnya. Di Indonesia, ada artefak yang sangat khas, yang masih bisa dinikmati. Ada artefak Badui, Tengger, Osing, Dayak, Batak, Merangin, Rote, Asmat, dan masih banyak yang lain. Itu semua artefak sebagai jejak inovasi masyarakat manusia waktu itu.
Sebagai makhluk hidup yang dibekali ragam kecerdasan, manusia tentu akan terus berinovasi dengan lebih beragam, lebih baru, dan lebih unik. Manusia akan semakin diglamori oleh banyak temuan baru. Betapa tidak. Sarana untuk temuan baru semakin lengkap dan memudahkan manusia berinovasi. Dahulu, ukiran dibuat dengan tangan dan memakan waktu lama. Artefak ukir terwujud melalui waktu dan pengerjaan yang rumit. Sekarang, ukiran serumit dan sedetail apapun dapat dibuat dalam hitungan menit akibat temuan mesin ukir. Hasilnya lebih halus dan unik dibandingkan karya tangan masa lalu. Begitu pula, penciptaan artefak bidang lain dapat diproses dalam waktu cepat. Yang diperlukan saat ini adalah imajinasi dan inspirasi hasil baru atau hasil inovasi karena proses dapat dipermudah dan dipercepat.
Multikecerdasan manusia, yang terbeber menjadi 8 jenis yakni linguistik, musik, spasial, intrapersonal, interpersonal, matematik, dan lainnya ternyata dapat terintegrasi menjadi sebuah kekuatan yang dapat menghasilkan artefak baru. Oleh karena itu, manusia sudah tidak berkutat pada latar belakang spesfikasi manusia. Sarjana pertanian ternyata dapat sukses dengan aneka artefaknya di dunia ekonomi. Sarjana ekonomi ternyata dapat berhasil di dunia budaya. Begitu pula kecerdasan yang lsinnya yang dianggap kuat ternyata dapat menginovasi bidang lain dengan kecerdasan yang lainnya. Itu artinya, multikecerdasan hanya sebatas pendeskripsi agar mudah dipahami eksplanasinya. Namun, sebenarnya, manusia mempunyai daya integrasi yang kuat.
Inovasi bukan milik sebagian masyarakat tertentu dan di daerah tertentu. Inovasi itu dapat dipunyai oleh semua manusia di mana pun berada. Ketika manusia menghadapi kesulitan hidup dan keperluan untuk menjadi baik, inovasi akan muncul. Hasil inovasi tersebut berupa artefak yang bermanfaat bagi mereka. Hasil inovasi dikembangkan dengan berbagai kreasi yang penuh penyesuaian.
Agar artefak baru dapat bermunculan dari ragam inovasi, diperlukan inivator unggul. Inovator unggul tentu tidak datang begitu saja. Inovator unggul datang dari pembiasaan yang kuat, pembudayaan yang berkelanjutan, dan pola pendidikan yang berbasis konstruksi.
Dalam setiap kesempatan, anak-anak harus dibiasakan untuk berinovasi meskipun dalam bentuk kecil dan sederhana. Umpamanya, hari ini sekelompok anak baris dalam bentuk lurus, besok buatlah barisan zigzag. Pagi ini sang pramuka memasak menggunakan parapin, besok memasaknya diubah dengan bahan bakar sampah atau yang lainnya. Pembiasaan yang berbeda-beda akan memunculkan berpikir divergen dan pada saatnya akan muncul inovasi dengan artefak baru.
Pembudayaan inovasi perlu dilakukan dengan berkelanjutan. Semua terpumpun pada budaya inovasi. Pelatih, pembina, guru, orangtua, dan lainnya berpegang teguh pada konsep inovasi. Kecerdasan anak dapat diperoleh melalui pembudayaan inovasi. Pembudayaan berkelanjutan tersebut tentu akan membingkai anak menjadi inovator yang akan menciptakan mahakarya sejalan dengan kehidupannya.
Pendidikan yang berbasis kognitif haruslah diubah menjadi pendidikan yang berbasis kobstrukstif. Anak dipacu untuk hasil. Proses akan dengan sendirinya dilalui anak untuk mendapatkan hasil. Ketika hasil diletakkan di jenjang tinggi, tentu proses akan mengikuti kerumitan jenjang yang diminta. Hasil yang dikonstruksi anak adalah lambang inovasi yang kelak menjadi artefak yang baik.
Itulah bentuk proses yang perlu dilalui untuk artefak yang baik. Bentuk tersebut adalah pembiasaan, pembudayaan, pendidikan berbasis konstruksi. Bentuk itu perlu diupayakan dalam kehidupan manusia.
Generasi baru memang penikmat artefak generasi sebelumnya. Namun, generasi baru tidak lepas dari inovasi baru dengan menghasilkan artefak unggul agar dapat hidup lebih baik. Model inovasi harus terus diajarkan. Cara praktis berinovasi juga perlu terus dilakukan. Kompetisi hasil inovasi perlu diperkuat. Kurikulum pendidikan perlu pula berpumpun pada inovasi. Inovasi harus terus berjalan.
Oleh Prof. Dr. Suyatno, M.Pd.
_Guru Besar Universitas Negeri Surabaya_
_Waka Binawasa Kwarnas_
Penulis: Kak Yatno, Pusdiklatnas Gerakan Pramuka
Artefak
Artefak sebagai jejak mahakarya manusia tidak saja berupa benda tampak. Artefak juga berupa benda tak tampak, yakni norma, adat, adab, dan kebiasaan baik turun temurun. Artefak tak benda juga diciptakan untuk kehidupan manusia agar lebih baik.
Artefak dianggap penting bagi manusia karena memunyai unsur kemudahan, kecepatan, inspirasi, dan kecerdasan. Unsur tersebut terurai atas keperluan manusia untuk menjadi baik. Di setiap sudut kehidupan manusia, ada artefak yang terkadang khas bagi daerah tersebut. Jangan kaget, jika di sebuah daerah ditemui bentuk ukiran yang khas, batik unik, alat bersawah yang beda, lagu yang khas, dan sebagainya. Begitu pula, artefak tak benda memunyai ciri unik dibandingkan dengan yang lainnya. Di Indonesia, ada artefak yang sangat khas, yang masih bisa dinikmati. Ada artefak Badui, Tengger, Osing, Dayak, Batak, Merangin, Rote, Asmat, dan masih banyak yang lain. Itu semua artefak sebagai jejak inovasi masyarakat manusia waktu itu.
Pengertian Artefak
Sebagai makhluk hidup yang dibekali ragam kecerdasan, manusia tentu akan terus berinovasi dengan lebih beragam, lebih baru, dan lebih unik. Manusia akan semakin diglamori oleh banyak temuan baru. Betapa tidak. Sarana untuk temuan baru semakin lengkap dan memudahkan manusia berinovasi. Dahulu, ukiran dibuat dengan tangan dan memakan waktu lama. Artefak ukir terwujud melalui waktu dan pengerjaan yang rumit. Sekarang, ukiran serumit dan sedetail apapun dapat dibuat dalam hitungan menit akibat temuan mesin ukir. Hasilnya lebih halus dan unik dibandingkan karya tangan masa lalu. Begitu pula, penciptaan artefak bidang lain dapat diproses dalam waktu cepat. Yang diperlukan saat ini adalah imajinasi dan inspirasi hasil baru atau hasil inovasi karena proses dapat dipermudah dan dipercepat.
Multikecerdasan manusia, yang terbeber menjadi 8 jenis yakni linguistik, musik, spasial, intrapersonal, interpersonal, matematik, dan lainnya ternyata dapat terintegrasi menjadi sebuah kekuatan yang dapat menghasilkan artefak baru. Oleh karena itu, manusia sudah tidak berkutat pada latar belakang spesfikasi manusia. Sarjana pertanian ternyata dapat sukses dengan aneka artefaknya di dunia ekonomi. Sarjana ekonomi ternyata dapat berhasil di dunia budaya. Begitu pula kecerdasan yang lsinnya yang dianggap kuat ternyata dapat menginovasi bidang lain dengan kecerdasan yang lainnya. Itu artinya, multikecerdasan hanya sebatas pendeskripsi agar mudah dipahami eksplanasinya. Namun, sebenarnya, manusia mempunyai daya integrasi yang kuat.
Apa itu Artefak
Inovasi bukan milik sebagian masyarakat tertentu dan di daerah tertentu. Inovasi itu dapat dipunyai oleh semua manusia di mana pun berada. Ketika manusia menghadapi kesulitan hidup dan keperluan untuk menjadi baik, inovasi akan muncul. Hasil inovasi tersebut berupa artefak yang bermanfaat bagi mereka. Hasil inovasi dikembangkan dengan berbagai kreasi yang penuh penyesuaian.
Agar artefak baru dapat bermunculan dari ragam inovasi, diperlukan inivator unggul. Inovator unggul tentu tidak datang begitu saja. Inovator unggul datang dari pembiasaan yang kuat, pembudayaan yang berkelanjutan, dan pola pendidikan yang berbasis konstruksi.
Dalam setiap kesempatan, anak-anak harus dibiasakan untuk berinovasi meskipun dalam bentuk kecil dan sederhana. Umpamanya, hari ini sekelompok anak baris dalam bentuk lurus, besok buatlah barisan zigzag. Pagi ini sang pramuka memasak menggunakan parapin, besok memasaknya diubah dengan bahan bakar sampah atau yang lainnya. Pembiasaan yang berbeda-beda akan memunculkan berpikir divergen dan pada saatnya akan muncul inovasi dengan artefak baru.
Pembudayaan inovasi perlu dilakukan dengan berkelanjutan. Semua terpumpun pada budaya inovasi. Pelatih, pembina, guru, orangtua, dan lainnya berpegang teguh pada konsep inovasi. Kecerdasan anak dapat diperoleh melalui pembudayaan inovasi. Pembudayaan berkelanjutan tersebut tentu akan membingkai anak menjadi inovator yang akan menciptakan mahakarya sejalan dengan kehidupannya.
Pendidikan yang berbasis kognitif haruslah diubah menjadi pendidikan yang berbasis kobstrukstif. Anak dipacu untuk hasil. Proses akan dengan sendirinya dilalui anak untuk mendapatkan hasil. Ketika hasil diletakkan di jenjang tinggi, tentu proses akan mengikuti kerumitan jenjang yang diminta. Hasil yang dikonstruksi anak adalah lambang inovasi yang kelak menjadi artefak yang baik.
Itulah bentuk proses yang perlu dilalui untuk artefak yang baik. Bentuk tersebut adalah pembiasaan, pembudayaan, pendidikan berbasis konstruksi. Bentuk itu perlu diupayakan dalam kehidupan manusia.
Generasi baru memang penikmat artefak generasi sebelumnya. Namun, generasi baru tidak lepas dari inovasi baru dengan menghasilkan artefak unggul agar dapat hidup lebih baik. Model inovasi harus terus diajarkan. Cara praktis berinovasi juga perlu terus dilakukan. Kompetisi hasil inovasi perlu diperkuat. Kurikulum pendidikan perlu pula berpumpun pada inovasi. Inovasi harus terus berjalan.
Oleh Prof. Dr. Suyatno, M.Pd.
_Guru Besar Universitas Negeri Surabaya_
_Waka Binawasa Kwarnas_
Penulis: Kak Yatno, Pusdiklatnas Gerakan Pramuka